Kepada dia yang tidak ingin kutatap matanya

Bahwa hari ini akan datang
Aku tahu

Bahwa hal ini tak terelakkan
Aku mengerti

Karena kamu akan pergi
kepada peluang
Seumpama rintik hujan yang menepuk pundakku lalu mengarus bersama laju parit,
sungai

Melaut

Terimakasih sekian waktu menjadi sosok
Berbagi
Menasehati
Diiri

Pergilah kepada peluang
     Melaut
          Melayang
               kepadanya tanpa tenggelam 


: kepada dia yang kata selamat tak dapat terucap




mon, dec 29, 14
-mie-

akukah senja

Apa benar aku senja?
Kupupus harapan karena mentari tak lagi terjaga?

Apa benar aku senja?
Yang hanya menatap hilangnya fajar
yang tidak akan bertemu walau di hari yg sama
yang hanya bisa menanti fajar berikutnya?


Apa benar aku senja?
Yang mengubur mimpinya dalam senyap malam?





ditulis pas lagi galau-galaunya +3 tahun yang lalu







fri, nov 28, 14
-mie-

kontradiksi

Tidak ada aktivasi hebat lagi
Pada yang kau tau namanya
Sentra pneumotaksik
Yang mampu membuatku
Dispneu

Tidak ada overstimuli lagi
Pada yang kau tau namanya
Symphatical nerve
Yang mampu membuatku
Palpitasi

Tidak ada lonjakan impuls lagi
Pada yang kau tau namanya
Erector pili
Saat namamu muncul
Di layar putih itu

Tidak ada lagi pengacau sikardian
Ketika kabar gembira itu sungguh membuatku menari
Dalam kelu

Homeostasis kembali justru ketika kamu pergi

Hanya hampa



PS: Berani kasih tugas, berani bikin sendiri juga dooong ^^






thu, apr 17, 14
-mie yang 
lupa kalo ini belom di-publish -___-V-

mimpi

Talking about childhood dream
Apa mimpimu waktu itu? 
Jadi presiden? Pilot? Astronot? Dokter? 

Saya heran kenapa rata-rata anak kecil tiap ditanyain pasti jawabnya pengen jadi dokter. Dan papi maminya pasti nyuruh dia jadi dokter. Padahal saya yang dokter aja pengen jadi pengajar. Rasanya tiap ketemu orang yang mimpinya mau jadi dokter pengen gw bilangin: bro jadi dokter ga enak deh!
Apalagi sekolahnya. Apalagi cuman jadi dokter umum. Apalagi kalo ni sistem BPJS bener-bener ga ada penghargaannya terhadap dokter dan tenaga medis. Apalagi habis ada kasus kriminalisasi dokter kemaren. 
Masih mimpi buat jadi dokter? 
Coba pikir ulang! 

Kalo kata internis di tempat saya kerja, yang bisa jadi dokter adalah orang-orang bermartabat dan berhati nurani luhur. Sanggup gak?

.

.

.

Speaking of which, pernah suatu ketika datang pasien anak dan papinya. 
Sembari nunggu resep yang lagi kutulis,  si papi cerita. Dia pengen anaknya jadi polisi kaya dia. Sayangnya si anak ga mau. Si anak lebih pengen jadi chef. Si papi juga kesel sama anaknya yang malah hobi masak-masak bukan olahraga kaya ana cowok laennya. 
Rasanya pengen ngomongin si papi ini deh. 
Mau jadi apapun anaknya, yang penting manfaatnya untuk sesama. Just like what Bu Sum said.
Bu Sum merupakan tokoh utama ftv spesial Kompas TV yang ditayangkan beberapa waktu lalu dengan judul yang sama. Ini film bagus, coba deh tonton.
Emangnya si papi ini ga pernah nonton tivi apa. 
Kan pekerjaan chef lagi naik daun. Ada Chef Juna, Arnold, Bara, dan mas-mas chef ganteng lainnya. ^^
.

.

.

Emang kenapa sih harus jadi polisi? 
Emang kenapa harus jadi dokter? 
Papi, Mami, biarkan anakmu nanti besar jadi apapun yang dia mau yah. Asal mereka bisa bertanggungjawab atas pilihanya dan menjadi manusia bermanfaat karena pilihannya. 
Kewajiban orang tua terhadap anaknya kan memberi nama, mendidik dan menikahkan. Ga pake memaksakan kehendak sendiri supaya anaknya harus jadi apa.

.

.

.

Saya sendiri dulu bermimpi jadi sejarawan. 
Mimpimu sendiri apa?

Selamat tahun baru 2014. 
Semoga semakin banyak mimpi-mimpi kita yang bisa terwujud.









PS: Sebuah pesan untuk seorang kawan yang kebanggaan impian dan harapannya baru aja lahir di dunia 20 Desember kemaren. 






wed, jan 01, 14
-mie-