Mahasiswa = Urakan! (part Demo)

Anda yang mahasiswa merasa tersinggung tidak membaca judul tulisan ini? Merasa tersindir? Sadar tidak?

Pagi ini ayah saya tercinta bercerita bahwa beberapa hari lalu ada sekelompok mahasiswa yang demo di depan Balai Kota. Mereka mengorasikan pengusutan penyimpangan pembebasan lahan. Kata Ayah beritanya dimuat di Suara Merdeka (16/12). Lalu, saya buka koran, saya cek, oo my.. Foto yang dipampang untuk artikel itu menggambarkan beberapa mahasiswa yang manjat pagar menerobos masuk gedung Balai Kota. Kalau tukang becak yang manjat pagar sih masih okelah-saya-maklum. Tapi ini mahasiswa, Bung! Mahasiswa!
See? Ini satu poin urakan yang saya maksud.

Kenapa sih sampean mahasiswa sampai demo segala? Apa yang sampean pikirkan? Sampean pikir sampean mahasiswa era ‘98 yang dengan demo bisa menggulingkan Soeharto?
Ini millennium, Bung! 2009!
Yang sekarang duduk di kursi – kursi pemerintahan itu ya orang – orang ‘98. Orang – orang yang (sekiranya) pernah jadi aktivis, pernah demo, dan pernah “mereformasikan” negri ini. Khatamlah mereka tentang demo.. Bisalah mereka mengatasi demo – demo yang kalian buat..

Lagipula, Bung, Mahasiswa, coba kalian lihat. Demo – demo yang sampean lakukan sekarang itu nggak punya kekuatan, nggak punya massa. Huruf ‘s’ nya tinggal satu: masa. Kalau matahari sudah bergulir berarti sudah masanya demonstran bubar.
Lihat deh tayangan di teve, lihat deh foto – foto demo di koran, cameramen dan fotografer hampir selalu ngambil gambar dari sudut yang sama: dari depan. Mana ada yang ambil gambar di atas garis horizon. Pun, mana ada yang ambil gambar dai jauh, kecuali demo itu berakhir kerusuhan (ini poin urakan kedua). Kenapa? Karena massa kalian nggak ada taringnya, paling banter 20 orang. Masa’ massa cuman segelintir gitu diliput.. Mana serunya..

Sampean mungkin membela diri, sampean bilang it’s not about quantity, it’s quality. Hayah! Kalau gitu, coba sebutin significant changes yang sudah berhasil sampean buat sebagai respon demo – demo sampean. Soeharto lengser? Basi! Jadul itu.

Lalu, memangnya dengan demo, aspirasi sampean tersampaikan? Apa dengan begitu orasi – orasi sampean benar – benar didengarkan? Saya yang masih berstatus mahasiswa aja males dengar ada kabar demo. Males nonton dan baca berita tentang demo. Males disuruh ikut demo. Kenapa? Soalnya demo – demo sampean itu banyak nggak mutunya! Itu pikiran saya yang notabene masih mahasiswa, pernah mikir nggak apa yang ada di otak orang – orang pemerintahan yang sering sampean demo. Apa nggak demo itu kaya’ bakul-bakul mi tek-tek yang sering lewat depan rumah yang nggak-dibeli-kalo-nggak-bener-bener-butuh-dan-bener-bener-enak? Oo saya tukang adu domba..

Daripada demo ngabisin tenaga, cuma dapet lapar dan haus, nggak jelas, nggak mutu, dan endingnya riot, I think it’s better ngadain audiensi, tukar pendapat ato semacamnya. Minta pertemuan “formal” untuk menyampaikan aspirasi yang tertampung. Pilih jubir yang paling oke, paling vocal, paling mewakili aspirasi. Nggak perlu orang yang juara debat internasional, toh tujuan kita bukan untuk mencari pemenang, tapi untuk sharing, diskusi. Mau heboh, biar semua orang tau apa yang kita lakuin, bisa memantau, dan bisa comment apa yang kita lakuin? Panggil saja wartawan, tapi jangan panggil mereka dengan iming – iming uang (oo wartawan, jangan jadi wartawan bodrex..), kasih mereka job untuk mengawal perubahan, perbaikan.

Lalu sampean membela diri lagi, orang – orang pemerintahan susah ditemui, mereka nggak mau ketemu kita. Apa iya begitu? Nggak cuma pinter – pinter sampean cari alasan? Kalau dengan usaha mulut ternyata belum bisa jalan, pakai tangan dong. Tulis! Saya yakin sampean sudah pernah nonton GIE, saya yakin sampean tahu kalau dia nggak begitu banyak cakap, dia banyak nulis. Tulis! Lalu publish tulisan kalian. Atau mahasiswa itu emang takut nulis (baca: takut bergerak sendiri)? Beraninya cuma beramai – ramai demo (baca: beraninya cuma kalo rame – rame)?


Saya tidak benci demo, toh saya pernah suatu kali “terjebak” ikut berdemo, saya hanya ingin mengkritisi (membuat keadaan jadi kritis ::devil::). Buat apa demo? Seperlu apa demo? Sepenting apa demo? Banyak mana antara manfaat dan mudaratnya?








fri, dec 18, 09
-mie-

0 komentar:

Posting Komentar